"AKU INI PEREMPUAN"
Kasihan mama, papa meninggalkannya begitu saja. Aku tak mengenal siapa ayah kandungku. Meski ia meninggalkan kami, itu tak menyimpan dendam di hati ini. Bagaimana mau dendam, ketemu saja tak pernah. Aku sangat kecewa padanya. Mungkin ia punya pemikiran lain mengapa meninggalkan kami. Andai dia taht anaknya seperti ini, pasti ia menyesal meninggalkan aku dan mama. Aku tidak tahu dia masih hidup atau tidak, tapi aku yakin ia pasti sangat menyesal meninggalkan keluarganya. Menurutku, kurang apa sih mama? Cantik, bisa cari uang, dan sekarang punya anak yang kayak gini. Ya, mungkin ia punya pemikiran yang berbeda, kejadiannya sudah lama 23 tahun yang lalu (Mita mengangkat kedua bahunya)
Aku tak mau mencari ayah kandungku. Biar saja. Untuk apa dicari, kalaupun dia muncul, aku cuma mau melihat mukanya dari ujung kaki sampai kepala, abis itu aku tinggalkan deh. Aku juga gak mau tahu siapa namanya, supaya kalau aku meninggal ada tulisan binti siapa. Jujur, aku tak tahu nama ayahku. Aku pernah bertanya tentang ayahku itu, tapi dia diam saja, langsung menangis. Aku tidak mau membuat mama menangis. Aku tidak akam bertanya tentang ayahku lagi. Biarkan saja suatu saat nanti pasti ada jawabannya. Wallahualam, latar belakang semacam itu menempaku seperti ini, terbentuklah fisikku yang seperti pria dan batin yang selalu ingin melindungi orang yang dicintai dan disayangi.
Karena sejak kecil aku sudah mempunyai tanggung jawab untuk melindungi mama dan kedua adikku. Aku jadi tomboi. Sebetulnya aku seperti ma, dia tomboy banget.
Banyak yang bilang mama itu polwan, soalnya rambutnya pendek, mukanya sangar, dan badanya gemuk. Kalau fisik dan jiwaku yang jadi pelindung mungkin bawaan dari keluarga. Aku punya adik yang terpaut cukup jauh, yakni 8 tahun, jadi aku melindungi dia banget.
Apalagi. Aku anak pertama, otomatis, menjadi panutan adik - adik. Tapi aku tetap perempuan. Aku hanyalah Mita, seorang perempuan yang menjadi pelindung dan tulang punggung keluarga.
Disisi lain aku seperti perempuan lain, yang mellow, cengen. Takut setan. Tapi, kalau menyangkut urusan hidup, aku berubah jadi mita yang tegar. Aku nggak minder. Aku cuek dan santai banget. Kalau, ada yang tanya, aku jawab apa adanya, sesuai keadaannya. Orang mau menganggap aku apa, aku tak peduli. Yang penting di dunia ini hanya mama dan kedua adikku, yang lain gak penting.
06/06/11
Kisah Kak Mitha (2)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comment:
Posting Komentar